J.K Gressett mencatat dalam bukunya Pentecostal Evangel pengalaman seorang pria bernama Samuel S. Scull yang tinggal di padang gurun Arizona dengan istri dan anak-anaknya. Suatu malam sebuah badai padang gurun yang sangat dasyat menghantam disertai hujan, hujan es dan angin kencang. Pada siang itu, setelah badai dasyat tersebut terjadi, Scull dengan rasa sedih dan kuatir tentang apa yang mungkin ia temukan, ia pergi untuk melihat kerugian yang ia alami.
Hujan es menghancurkan kebun dan tempat truk telah rata dengan tanah, sebagian rumah tidak beratap lagi, kandang ayam telah hilang terbawa angin serta ayam-ayam yang mati tersebar dimana-mana. Kehancuran dan kerusakan ada di mana-mana.
Sementara ia berdiri dan merasa pusing melihat kekacauan yang ada dan berpikir tentang masa depannya, ia mendengar suara ribut dari tumpukan kayu yang merupakan sisa kandang ayam. Seekor ayam jantan sedang memanjat ke atas melalui reruntuhan dan ia tidak berhenti memanjat hingga mencapai puncak papan tertinggi di tumpukan reruntuhan itu. Ayam jantan tua itu basah kuyub dan sebagian dari bulunya telah tercabut terbawa angin. Tetapi saat matahari muncul di kaki langit di sebelah timur pada pagi harinya, ia mengepakkan sayap-sayapnya yang kurus dan dengan bangga berkokok seperti biasanya.
Saat pagi datang, mengapa ayam jantan yang telah babak belur dan tak berbulu itu tetap berkokok? Karena sifat alaminya adalah berkokok. Lalu bagaimana dengan kita? selengkapnya baca Ayam Jantan Yang Diterpa Badai.
0 comments:
Posting Komentar