“Mengapa ya suamiku ngga tahu juga kalau aku sedang sedih.. Aku diam saja, kok malah tambah dicuekin…”
Jika hal ini pernah Anda alami, maka Anda harus tahu bahwa pasangan Anda bukanlah seorang peramal atau ahli nujum yang bisa membaca pikiran Anda. Ya, mungkin dia tidak sensitif. Namun ketidakpekaan pasangan Anda bukanlah alasan bagi Anda untuk marah padanya. Pada awal-awal pernikahan, bahkan hampir disepanjang pernikahan masalah komunikasi menjadi hal yang paling krusial. Tidak sedikit pernikahan yang hancur karena tidak bisa membangun komunikasi dengan baik. Isu paling penting adalah bagaimana menjalin komunikasi satu sama lain yang jelas, jujur, penuh perasaan dan suportif. Untuk dapat membangun komunikasi seperti itu, pertama Anda harus menguasai dasarnya, yaitu pembicaraan dua arah dan kesediaan untuk saling mendengarkan. Keahlian untuk melakukan komunikasi dua arah dan saling mendengarkan ini bukan hanya perlu dikuasai suami istri, namun juga seluruh anggota keluarga.
Dalam sebuah survey terhadap 20.000 pasangan, ditemukan 82 persen dari mereka berharap pasangan mereka bersedia membagikan perasaannya, 75 persen mengalami kesulitan untuk menanyakan apa yang pasangannya inginkan, dan 72 persen menyatakan bahwa pasangannya tidak mengerti perasaannya. Belajar dari hal ini, memiliki keahlian dasar komunikasi tadi akan mengubah keadaan. Untuk itu, Anda perlu memiliki keberanian, kepercayaan diri dan kekuatan untuk mengatakan apa yang ada di pikiran dan hati Anda. Tips berikut ini mungkin akan membantu Anda.
Miliki keberanian untuk menyatakan dengan jelas. Jangan menunggu pasangan Anda untuk membaca bahasa tubuh Anda untuk mencari tahu apa yang Anda pikirkan, rasakan dan butuhkan. Dari pada menghentak-hentakkan kaki, ngambek atau marah-marah tanpa alasan, ajaklah pasangan Anda untuk bicara sebentar dan ungkapkan apa yang ada di pikiran dan hati Anda dengan cara baik-baik. Fokus pada apa yang Anda inginkan, bukan apa yang Anda tidak mau. Mengatakan apa yang Anda tidak inginkan mungkin terlihat sopan, namun hal tersebut membuat pasangan Anda tidak mengerti apa yang Anda mau. Hal tersebut membuat pasangan Anda bertanya-tanya tentang apa yang bisa membuat Anda bahagia. Kejujuran kadang sulit, namun hal tersebut akan membawa dampak yang lebih baik dari pada kebohongan dan kepura-puraan.
Ungkapkan perasaan Anda dibandingkan mengkritik, menyalahkan atau berharap pasangan Anda membaca pikiran Anda. Jangan terperangkap dengan asumsi dengan mengatakan, “Aku pikir kamu…” Asumsi memiliki dampak yang sangat merusak. Asumsi ditambah imajinasi akan berkembang dengan liar tanpa ada fakta sedikitpun. Jadi jangan pernah berasumsi. Jelas, jangan bertele-tele. Kalau bisa ungkapkan perasaan Anda dengan satu kata atau satu kalimat. Contohnya, “Aku sangat sedih ketika kamu selalu pulang terlambat.” Sebisa mungkin jangan menyalahkan pasangan Anda. Jika Anda ingin pasangan Anda tahu perasaan Anda, jangan diselipi oleh kritikan dan upaya membuatnya merasa bersalah.
Source : Reader's Digest
http://www.jawaban.com/index.php/relationship/detail/id/92/news/100730145246/limit/0/Pasangan-Anda-Bukanlah-Peramal-Bicaralah
0 comments:
Posting Komentar